Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Industri Komik

0 komentar
Ketika membuat komik, hanya ada dua alat yang tidak bisa tidak digunakan. Yang pertama adalah pikiran, lalu teknik dan teknologi yang digunakan bisa apa saja selama mereka cocok dengan alat yang kedua, yaitu tangan.

Untuk mendapatkan kendali dan kelenturan, seniman abad 20 menggunakan beberapa peralatan gambar. Beberapa peralatan yang klasik seperti, meja gambar yang tinggi dan kemiringan dapat diatur, t-square (siku T) lampu pijar dan fluorescent berlengan ayun yang dapat diatur posisinya, kertas gambar bristol board 2 lapis (tebal), mistar segitiga, penghapus, gunting, selotip, pisau, pena, pensil, kuas dan spidol, tinta hitam dan putih untuk koreksi, mistar bertepi tegak, kursi gambar yang dapat diatur ketinggiannya.

Meja gambar dapat diatur agak tinggi, agar saat duduk atau berdiri komikus tetap nyaman ketika bekerja. Meja dimiringkan agar tidak nyeri punggung dan komikus bisa melihat lurus ke lembar kerja, menghindari distorsi. Lampu pijar dan fluorescent membuat warna tetap seimbang, dan mengusir perasaan dan beratnya kelopak mata saat kerja lembur.

Kertas bristol board 2 lapis, tebal, putih, tahan lama, bertekstur halus. Garis pena tampak bagus di permukaan halus. Pensil dan kuas akan terlihat bagus di permukaan kasar seperti kulit hewan. Siku-T dan mistar segitiga berguna ketika komikus membuat garis sejajar di sudut 90 derajat seperti batas panel dan kotak kata. Mistar logam bersisi tegak sangat berguna untuk mengukur dan membuat garis lurus dan panduan alat potong.

1.  Teknik Tradisional

Seniman komik sering membuat karya mereka pada kertas lukis dengan rasio 125% dan 166% dari luas ukuran cetak. Ketika gambar diperkecil untuk pencetakan, bahkan garis tak lurus pun akan terlihat tepat dan terkendali. Dalam tahap perencanaan dan membuat sketsa menggunakan pensil, gunakan sebuah pensil mekanik (keras), pensil biru, penghapus karet lembut dan penghapus karet keras. Dan tentu saja , untuk membuat garis hitam yang dapat dicetak banyak alat yang telah digunakan dan telah menjadi standard industri.

Banyak seniman jatuh cinta pada satu atau dua alat gambar, dan menggunakannya seumur hidup. Garis adalah hasil keterampilan, namun memiliki ragam seperti, tebal garis, variasi, presisi, karakter. Juga ada biaya, masalah penggunaan permanen, bagaimana hasil alat tertentu di kertas tertentu, dsb. Kuas bulu musang, misalnya, menghasilkan garis halus dan konsisten. Puluhan generasi seniman terpikat pada kuas jenis ini. Kuas bulu musang memang bagus, tapi mahal, membutuhkan kasih sayang dan perhatian ia hanya cocok dengan tinta botol dan air. Membuat orang mencari alternatif yang lebih mudah, murah dan gampang dibawa.

Pena kuas berujung serat atau yang dilengkapi tabung tinta diciptakan untuk memecahkan masalah tersebut, tapi ada saja kekurangannya. Beberapa seniman menilai kualitas dan variasi garis tidak sebaik kuas tradisional. Dan tentu saja, kuas sekali pakai akan lebih mahal dalam jangka waktu lama. Tapi seperti semua teknologi, alternatif kuas terus bermunculan.

Pena celup terdiri dari sebatang gagang dengan pilihan mata pena yang dapat diganti menghasilkan variasi tebal garis seperti kuas, namun lebih terkendali dan tipis (tergantung pilihan mata pena). Mereka juga lebih lincah didaerah sempit. Beberapa jenis pena celup, seperti crow-quill lebih sulit digunakan dan dirawat daripada kuas tapi presisinya dalam gambar tangan, tak tertandingi. Fixed-width atau technical pen memiliki presisi yang lebih tinggi, walau menghilangkan variasi ketebalan namun menghasilkan tebal garis yang konsisten. Keturunan fountain pen, pena teknik klasik yang memiliki tabung tinta di dalamnya mampu mencegah tetesan tinta. Seperti kuas dan pena celup, pena-pena ini membutuhkan perawatan ekstra tapi sebenarnya technical pen tidak serumit yang dibayangkan. Banyak seniman besar bersedia beralih ke spidol fixed-width bertinta permanen, demi memudahkan pekerjaan.

Tinta berpengencer bisa merusak kuas atau pena, tapi tinta kental menghasilkan garis hitam yang lebih baik. Untuk garis hitam tegas. Berikut ini peralatan yang sering digunakan. Kuas, variasi garis lebih kaya. Pena celup, variasi garis lebih tipis. Technical pen, tebal garis tetap. Terlepas dari efek tonal dan dry brush, garis hitam dalam komik abad dua puluh dibuat menggunakan alat-alat tersebut. Bahkan ketika pewarnaan cetak mekanik mulai digunakan, pembuat komik masa kini tetap menggunakan alat-alat tersebut.



Pada umumnya goresan kuas lebih mengalir, memiliki ritme dan arah yang bagus. Pena celup menghasilkan goresan halus, namun cenderung kering, agak kaku dan tegang. Pena fixed-width, baik technical pen atau pun spidol, cenderung bersifat skematis dan keren. Mampu menghasilkan karya yang indah melalui arsiran. Komik-komik populer sepanjang masa manggabungkan kekuatan dari tiga keluarga alat tersebut. Membuat outline menggunakan kuas, pena celup untuk membuat rincian, dan technical pen untuk batas panel, balon kata dan bagian rinci yang lain.



Metode penghurufan tradisional menggunakan serangkaian garis bantu tipis untuk menulis huruf besar. Sebuah siku-T digunakan agar garis bantu tetap sejajar dan cetakan kecil bernama panduan ames yang bisa digeser maju mundur. Mata pensil dimasukkan kedalam lubang kecil untuk membuat garis yang diperlukan. Panduan tersebut meratakan baris huruf dan membuat ruang antar baris yang lebih sempit.

Peralatan lengkap untuk cara tradisional tersebut bisa menghabiskan jutaan rupiah. Para seniman telah menguasai alat tersebut sejak berabad-abad dan menghasilkan tradisi yang kaya. Satu halaman karya asli bisa menjadi indah dan bernilai dan semua menggunakan pena atau kuas di atas kertas bristol board.



2.  Teknik Digital

Banyak seniman zaman sekarang tidak menggunakannya lagi. Sebuah komik dapat digambar dan diberi huruf secara digital. Semua digambar langsung di layar tablet/monitor menggunakan sebatang stylus. Metode kerjanya memang sangat berbeda dari zaman pena dan kuas. Tapi karena hasilnya adalah buku cetak berisi karya garis, banyak prinsip dasar menggambar yang sama.

Salah satu tujuan dasar garis adalah membuat rincian tampak jelas tanpa membuat mata lelah. Apa pun alat yang digunakan, cara terbaik mencapai kejelasan adalah menggambar garis tebal di pinggiran subyek. Dan gunakan garis tipis untuk rincian interior serta subyek yang berada di kejauhan atau ditimpa. Itu adalah teknik sederhana, namun dapat membuat kekusutan menjadi bentuk dan kedalaman. Pena dan kuas bisa menghasilkan efek tersebut bila digunakan bergantian, atau menggunakan satu alat yang mampu menghasilkan beragam ketebalan garis. Seniman digital mendapatkan efek yang sama dengan mengganti “pena”, “kuas” dan peralatan virtual lain yang menghasilkan variasi dan karakter garis. Tersedia di berbagai program menggambar dan melukis.

Dari titik pandang penciptaan seni, perbedaan mendasar antara halaman dan layar monitor adalah yang satu menggunakan garis dan titik, sementara yang lain mampu menampilkan nadawarna yang kaya dalam setiap pixel. Dan para seniman komikweb tak perlu repot untuk mendapatkan jutaan warna. Internet menjadi laboratorium raksasa untuk mencoba teknik-teknik baru. Terima kasih kepada ribuan kartunis yang setiap hari membuat komikweb dalam berbagai genre. Pewarnaan, hitam, garis jelas berfeather dalam komik cetak tradisional masih bisa dilihat, tapi sekarang diikuti oleh outline berwarna, garis-garis tebal, bidang berwarna hampir tak beroutline, citra 3 dimensi, bahkan sengaja menampakkan kontur pixel.

Para kartunis web juga mempraktekkan kesan kedalaman yang tak ada dalam komik cetak. Seperti latar tanpa outline atau buram, kontur memudar, atau efek lapisan udara. Para seniman yang menggunakan media tradisional telah mencoba pensil sampai warna, atau menggunakan beragam peralatan warna. Sementara para seniman digital menggunakan penggayaan vektor dan bentuk seni digital lain.

Untuk lebih praktis, penghurufan komik secara digital (biasanya menggunakan program gambar seperti adobe illustrator) bisa menghemat waktu dan tenaga serta memastikan tampilan dan spacing konsisten dalam kotak dan balon kata. Sayangnya digitalisasi juga membuka pandora penghurufan buruk. Termasuk font yang susah dibaca, pemilihan font, ukuran font, dan bentuk balon atau penempatan kata dalam balon.

Membeli satu paket perangkat keras dan lunak bisa menghabiskan puluhan juta rupiah. Untuk membuat karya digital orisinil hebat, baik cetak maupun web membutuhkan peralatan yang lebih baik. Komputer yang dapat menjalankan program grafis dengan baik biasanya memiliki memori ekstra dan bekerja sangat cepat. Program melukis, menggambar dan Internet menambah panjang daftar belanjaan. Melengkapi meja kursi, akses internet, beragam alat pendukung, printer, tinta, scanner dan harddisk back-up atau dvd burner, dan peralatan lainnya.

Bagi para seniman komik cetak, masalah peralatan dan teknik akan berakhir ketika karya jadi dikirimkan ke penerbit. Tapi tidak untuk internet, komikus bisa menerbitkan karya-karya mereka sendiri. Sekarang orang-orang bisa membuat halaman web dengan lebih mudah dan banyak sekali panduan dalam penerbitan melalui internet. Tapi tantangan dasar ketika memasang komik ke dalam web tidak terlalu teknis.

Menyebut komputer sebagai alat lain rasanya seperti menyebut alat cetak pertama bisa “menulis dengan cepat” tapi sama mendasarnya dengan pengaruh baru ini, format, prinsip desain dan model distribusi adalah seni menempatkan rangkaian gambar untuk menceritakan sesuatu, yang merupakan permainan yang sama. Kuasailah semua peralatan menurut kehendak anda, bukan sebaliknya.

Sumber : http://repository.stisitelkom.ac.id/116/1/Januar_Abdi_Rahman_S_-_112130145.pdf

0 komentar:

My Visitors

Flag Counter

Followers